Naik Haji: Rezeki dari Amalan yang Konsisten Tim Redaksi, 12/06/202518/06/2025 Pesan Dakwah, 16 Dzulhijjah 1446 HOleh: Prof. Veni Hadju Pak Salim — sebut saja begitu, bukan nama sebenarnya — adalah seorang sopir di sebuah Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Hidupnya sederhana, kesehariannya pun tak jauh berbeda dari sopir lainnya. Namun suatu hari, ia membuat sebuah pengumuman yang mengejutkan kepada atasannya: ia akan berangkat haji melalui jalur Haji Furoda. Sontak, pimpinannya tercengang. Jalur Haji Furoda dikenal sebagai jalur khusus tanpa antrean, yang hanya bisa ditempuh oleh mereka yang memiliki dana besar. Bagaimana mungkin seorang sopir bisa masuk dalam rombongan eksklusif itu? Ternyata, Pak Salim akan menggantikan kakaknya yang awalnya hendak berangkat mendampingi sang ayah. Kakaknya telah menjual sebagian besar aset yang dimilikinya demi bisa berhaji bersama orang tua mereka. Namun takdir berkata lain: sang kakak terhalang untuk berangkat. Maka, ia pun meminta adiknya, Pak Salim, untuk mengambil tempatnya menemani sang ayah dalam perjalanan suci itu. Namun kisah ini bukan hanya soal kesempatan, melainkan tentang kekuatan amal yang konsisten. Selama bertahun-tahun, Pak Salim dikenal sebagai sopir yang taat beragama. Ia tak pernah meninggalkan salat berjamaah di masjid. Setiap kali mengantar pimpinannya dalam perjalanan, ia selalu meminta izin berhenti sejenak saat adzan berkumandang — meskipun sedang terburu-buru sekalipun, terutama ketika perjalanan luar kota. Atasannya pun mulai memperhatikan keistiqamahan itu. Suatu waktu, karena rasa penasaran yang mendalam, atasannya bertanya, “Apa amal yang paling engkau jaga selama ini?” Awalnya, Pak Salim enggan menjawab. Tapi setelah didesak, ia pun mengungkapkan satu rahasia kecil: setiap Subuh, ia selalu menyelipkan selembar uang ke dalam celengan masjid. “Berapa yang biasanya engkau masukkan?” tanya pimpinannya. “Biasanya cuma seribu, kadang dua ribu rupiah. Kecil memang. Tapi saya jaga itu setiap hari,” jawabnya dengan rendah hati. Sungguh, amalan yang kecil namun dilakukan secara konsisten lebih dicintai Allah daripada amal besar yang hanya sesekali. Seribu atau dua ribu rupiah mungkin terasa sepele bagi sebagian orang, tapi di hadapan Allah, nilai keikhlasan dan ketekunanlah yang menjadi ukuran. Pak Salim percaya bahwa setiap pagi, malaikat akan mendoakan orang-orang yang bersedekah, memintakan berkah dan keberkahan dalam hidup mereka. Kini, ketika banyak orang harus menunggu bertahun-tahun untuk menunaikan ibadah haji, Pak Salim diberi jalan oleh Allah dengan cara yang tak disangka-sangka: ia berangkat tanpa antrean, melalui jalur istimewa, demi mendampingi ayahnya. Inilah berkah dari amal yang sederhana tapi dijaga sepenuh hati. Allah telah berjanji: وَٱلَّذِينَ جَٰهَدُواْ فِينَا لَنَهۡدِيَنَّهُمۡ سُبُلَنَا ۚ وَإِنَّ ٱللَّهَ لَمَعَ ٱلۡمُحۡسِنِينَ “Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh untuk (mencari keridaan) Kami, pasti Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sungguh, Allah beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-‘Ankabut: 69) Pelajaran besar dari kisah ini: jagalah amal kebaikanmu — sekecil apa pun — dengan penuh keikhlasan dan kesungguhan. Karena dari arah yang tak terduga, Allah akan membalasnya dengan karunia yang tak pernah kau bayangkan sebelumnya. (*)