Berani Bicara, Berani Berkembang Tim Redaksi, 07/12/2025 Pesan Dakwah Prof Veni Hadju DI PROGRAM Studi S1 Ilmu Gizi Unhas—tempat saya mengabdi—datang seorang mahasiswa asing yang diterima tanpa memiliki kemampuan Bahasa Indonesia maupun Bahasa Inggris. Aturan memberi ruang baginya untuk tetap berkuliah sambil belajar bahasa. Kehadirannya pun menjadi perhatian, bahkan tak jarang menjadi bahan candaan ringan di kalangan dosen. Untuk berkomunikasi, ia mengandalkan aplikasi penerjemah; setiap ingin menyampaikan sesuatu, ia cukup menunjukkan layar ponselnya yang telah menerjemahkan pesannya ke dalam Bahasa Indonesia. Banyak cerita lucu muncul karenanya, dan saya tersenyum setiap mendengarnya. Namun di balik semua itu, ada satu kata yang menurut saya paling tepat menggambarkannya: BERANI. Keberaniannya mengingatkan saya pada masa awal kuliah di Cornell University, Amerika Serikat. Saya berada di sebuah kelas yang dihuni orang-orang luar biasa: cerdas, kritis, dan fasih berbahasa Inggris. Mereka berani berbeda pendapat dengan dosen, bahkan mengajukan argumen yang membuat dosen terlihat agak kewalahan. Meski begitu, suasananya tetap ilmiah, damai, dan saling menghargai. Saat itu, saya justru merasa kecil. Bahasa Inggris saya belum lancar, bacaan saya belum banyak, dan saya tidak cukup berani untuk menyampaikan pendapat—apalagi pendapat yang berbeda. Akhirnya, pembimbing saya memberi saya julukan “the silent man.” Dari pengalaman itu saya belajar bahwa keberanian menyampaikan pendapat merupakan bagian penting dari budaya akademik di banyak negara, terutama Amerika. Setiap pendapat dihargai, bahkan jika itu salah sekalipun. Ada pula mata kuliah debat khusus untuk mahasiswa S1 yang diperlombakan secara profesional. Suatu hari pembimbing saya berkata, “Ketika kau berbicara, orang akan tahu apa yang ada dalam pikiranmu dan perasaanmu. Mereka bisa mengenal siapa dirimu. Tapi jika kau diam…” Kalimat itulah yang mendorong saya mulai melatih keberanian berpendapat. Allah Subḥānahu wa Ta‘ālā berfirman: “Dan rahasiakanlah perkataanmu atau nyatakanlah. Sungguh, Dia Maha Mengetahui segala isi hati.” (QS. Al-Mulk [67]: 13) Ayat ini menegaskan bahwa keberanian tidak hanya lahir dari suara yang keluar, tetapi juga dari kejujuran hati dan kemurnian niat. BERANILAH MENYAMPAIKAN KEBENARAN YANG HIDUP DI PIKIRAN DAN HATIMU!