Ramadhan dan Seni Menyucikan Hati Tim Redaksi, 18/06/202518/06/2025 Pesan Dakwah Prof. Veni Hadju SETIAP insan beriman pasti mendambakan memiliki hati yang bersih—hati yang suci dari segala noda, tanpa secuil pun titik hitam yang tersisa. Seperti kain putih yang baru saja dicuci dengan deterjen terbaik, bersih, segar, dan murni. Itulah hakikat bulan Ramadhan yang tengah kita jalani: bulan penyucian hati dan penjernihan jiwa. Seiring bertambahnya hari-hari dalam Ramadhan, semestinya noda-noda hati juga semakin memudar. Dengki mulai luluh, iri hati sirna, keangkuhan mencair, sikap merasa paling benar mereda, prasangka buruk memudar, dendam dan kebencian mulai larut. Yang kemudian tumbuh adalah kelapangan dada, kemampuan memaafkan, rasa cukup dan puas, penerimaan terhadap kekurangan orang lain, dan kesadaran akan betapa banyaknya nikmat yang telah kita terima selama ini. Inilah jiwa yang bersih, hati yang selamat. Lebih dari sekadar persoalan spiritual, penyakit hati ternyata juga berpengaruh besar terhadap kondisi fisik. Dunia medis telah banyak mencatat bahwa emosi negatif seperti amarah, kecemasan, atau dendam yang terus dipelihara, mampu merusak kesehatan tubuh secara perlahan. Hati yang kotor—penuh dosa, kelalaian, dan prasangka—akan menciptakan pikiran yang keruh dan tubuh yang lelah. Sering kali kita menyalahkan orang lain, merasa paling benar sendiri, hingga akhirnya terjebak dalam konflik tanpa penyelesaian. Namun, Ramadhan datang sebagai penyembuh. Ia adalah terapi ilahi yang diturunkan Allah untuk menyentuh sisi terdalam jiwa manusia. Jika kita menjalaninya dengan ikhlas dan sungguh-sungguh, maka Ramadhan akan memperbaiki luka batin dan menyembuhkan hati yang selama ini mungkin kita abaikan. Ramadhan bukan sekadar ritual puasa menahan lapar dan dahaga, tetapi momen untuk melatih menahan diri, meredam hawa nafsu, dan mengendalikan bisikan syaitan. Inilah jalan untuk menuju ketakwaan tertinggi. Dengan ketakwaan itu, manusia dipersiapkan untuk satu tujuan agung: menghadap Allah dengan hati yang bersih. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَّلَا بَنُوْنَ اِلَّا مَنْ اَتَى اللّٰهَ بِقَلْبٍ سَلِيْمٍ “(Yaitu) pada hari (ketika) harta dan anak-anak tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.” (QS. Asy-Syu’ara’: 88-89) Ayat ini menjadi pengingat kuat bahwa pada akhirnya, yang akan menyelamatkan kita bukanlah harta, jabatan, atau popularitas, melainkan kebersihan hati. Maka, mari kita jadikan Ramadhan ini sebagai momentum untuk menyucikan hati, membersihkan batin dari segala penyakitnya, agar kita layak menghadap Sang Pencipta dengan keadaan yang sebaik-baiknya. (*)