Krisis Kemiskinan dan Teladan Rasulullah SAW untuk Umat Tim Redaksi, 14/09/2025 TRAGEDI memilukan kembali mengguncang hati nurani bangsa. Seorang ibu di Kabupaten Bandung nekat mengakhiri hidup dengan cara bunuh diri. Lebih tragis, sebelum itu ia meracuni dua anaknya agar mereka mati bersama. Latar belakangnya adalah depresi akibat kemiskinan dan tekanan rumah tangga. DAFTAR ISI Toggle Bunuh Diri: Fenomena yang MengkhawatirkanIslam Mengingatkan Bahaya Bunuh DiriTeladan Nabi SAW dalam Menghadapi KesulitanPeran Negara Menurut Rasulullah SAWKrisis Akibat Sistem Sekular dan KapitalisPenutup: Solusi dari Teladan Nabi SAW Kasus ini bukan satu-satunya. Di Sukabumi, seorang anak meregang nyawa dengan tubuh dipenuhi ratusan cacing gelang. Ibunya menderita gangguan jiwa, ayahnya sakit TBC, dan keduanya kesulitan berobat karena tidak memiliki dokumen kependudukan maupun BPJS Kesehatan. Kisah-kisah getir ini menambah panjang daftar tragedi sosial yang berakar pada kemiskinan. Dalam keputusasaan, ada orang tua yang justru menyeret anaknya ikut dalam kematian. Bunuh Diri: Fenomena yang Mengkhawatirkan Data Polri melalui Pusat Informasi Kriminal Nasional (Pusiknas) Bareskrim menunjukkan angka bunuh diri meningkat tajam, hingga 60% dalam lima tahun terakhir. Tahun 2022 tercatat 887 kasus. Angka itu melonjak menjadi 1.288 kasus pada 2023. Tahun 2024 ada 1.023 kasus, dan hingga Mei 2025 sudah 600 kasus tercatat. Angka ini diperkirakan jauh lebih besar karena banyak kasus tidak dilaporkan. Indonesian Association for Suicide Prevention (INASP) menyebut tingkat underreporting bunuh diri di Indonesia mencapai 300%, jauh di atas rata-rata dunia. Kemiskinan, kesulitan ekonomi, dan rasa putus asa menjadi faktor dominan. Komnas Perempuan mencatat, kemelaratan kerap menjadi pemicu filisida maternal—ibu yang membunuh anaknya sendiri karena tidak tega melihat buah hatinya hidup dalam penderitaan. Islam Mengingatkan Bahaya Bunuh Diri Islam secara tegas melarang bunuh diri. Allah SWT berfirman: “Janganlah kalian membunuh diri kalian sendiri. Sesungguhnya Allah Maha Penyayang kepada kalian.” (QS an-Nisa’ [4]: 29) Rasulullah SAW juga menegaskan, pelaku bunuh diri akan disiksa dengan cara yang sama pada Hari Kiamat (HR al-Bukhari dan Muslim). Bahkan membunuh anak karena takut miskin disebut sebagai salah satu dosa besar. Semua peringatan ini menunjukkan kasih sayang Allah dan Rasul-Nya. Islam ingin melindungi manusia dari keputusasaan yang berujung pada hilangnya nyawa. Teladan Nabi SAW dalam Menghadapi Kesulitan Baginda Nabi SAW bukan hanya memberi peringatan, tetapi juga meneladankan jalan keluar dari kesempitan hidup. Menanamkan Akidah yang Kokoh Rasulullah SAW membangun masyarakat Madinah di atas akidah Islam yang menumbuhkan keyakinan pada rezeki Allah. Beliau bersabda: “Janganlah kalian berputus asa dari rezeki Allah selama kepala kalian masih bergerak…” (HR Ibnu Majah). Dengan keyakinan ini, lahirlah optimisme dan tawakal, bukan keputusasaan. Mengajarkan Kesabaran Nabi SAW kerap menahan lapar dengan mengganjal perutnya menggunakan batu. Beliau tetap tegar dan bersabar, memberikan teladan bahwa kesulitan bukan alasan untuk menyerah. Mendorong Bekerja Keras Beliau melarang umatnya bermalas-malasan atau hidup dari meminta-minta. Lebih baik memikul kayu bakar untuk dijual daripada bergantung pada belas kasihan orang lain (HR al-Bukhari). Membangun Solidaritas Sosial Rasulullah SAW mengajarkan pentingnya peduli tetangga, meski hanya memberi “kuku kambing” atau memperbanyak kuah masakan untuk dibagi. Beliau bahkan menegaskan, “Tidak beriman orang yang tidur kenyang sementara tetangganya kelaparan” (HR ath-Thabrani). Peran Negara Menurut Rasulullah SAW Selain membentuk pribadi dan masyarakat yang tangguh, Rasulullah SAW juga menegaskan peran penting negara dalam menjamin kesejahteraan rakyat. “Pemimpin manusia adalah pengurus rakyat dan bertanggung jawab atas mereka.” (Muttafaq ‘alayh) Rasulullah SAW mengingatkan para pemimpin agar tidak menutup pintu dari rakyat yang membutuhkan. Jika seorang pemimpin menelantarkan mereka, Allah pun akan menutup pintu rahmat bagi dirinya (HR at-Tirmidzi). Ini menunjukkan, kesejahteraan umat tidak bisa hanya mengandalkan kedermawanan individu, tetapi harus diwujudkan lewat sistem pemerintahan yang adil dan berpihak pada rakyat. Krisis Akibat Sistem Sekular dan Kapitalis Hari ini, penderitaan umat semakin berat karena Islam tidak dijadikan pedoman kehidupan. Sekularisme memisahkan agama dari urusan publik, membuat manusia rapuh tanpa sandaran iman. Kapitalisme melahirkan kesenjangan sosial, meminggirkan rakyat, dan hanya menguntungkan oligarki. Negara justru menjadi pemungut pajak tanpa jaminan kesejahteraan, sementara rakyat dipaksa bertahan hidup seorang diri. Inilah realitas pahit yang menjerumuskan sebagian masyarakat pada keputusasaan hingga bunuh diri. Penutup: Solusi dari Teladan Nabi SAW Wahai kaum Muslim! Jalan keluar dari penderitaan ini bukanlah sekadar mengganti figur pemimpin, tetapi mengembalikan kehidupan kepada syariah Islam secara kaffah. Khilafah Islam yang menerapkan syariah sepenuhnya terbukti pada masa lalu menghadirkan keadilan, kesejahteraan, dan solidaritas sosial yang nyata. Inilah warisan Rasulullah SAW dan para khalifah sepeninggal beliau. Hanya dengan itulah umat akan kembali merasakan hidup tenteram dan sejahtera, lahir maupun batin. “Siapa saja di antara kalian saat pagi merasakan sehat jasmaninya, menemukan rasa aman pada dirinya, dan memiliki makanan pokok hari itu, maka seakan-akan seluruh dunia ini telah diberikan kepadanya.” (HR at-Tirmizi dan Ibnu Majah) Wallâhu a‘lam bish-shawâb. []