Kebaikan Kecil, Ganjaran Besar Tim Redaksi, 18/06/2025 Pesan Dakwah Prof Veni Hadju MENJELANG waktu berbuka, saya menyaksikan sebuah pemandangan sederhana namun menyentuh hati. Seorang anak kecil berlari ringan membagikan air zamzam dalam gelas putih kepada jamaah yang duduk menanti adzan. Tak ada kata yang keluar darinya, hanya senyuman polos dan langkah penuh semangat. Tapi wajah-wajah yang menerima air zamzam itu tampak berbinar – seperti menerima hadiah mahal yang dikirimkan dengan cinta. Saya pun membatin, betapa besarnya nilai sebuah kebaikan yang dilakukan dengan ikhlas, meski tampak kecil di mata manusia. Anak ini mungkin belum balig, tapi ia telah mencatat pahala amal shaleh yang akan mengalir tidak hanya untuk dirinya, tapi juga kepada kedua orang tuanya – orang yang membimbingnya menjadi anak yang peduli, ringan tangan, dan berjiwa sosial sejak dini. Di waktu yang berbeda, saya kembali melihat hal serupa namun dari sosok yang sangat berbeda. Seorang kakek kecil bertubuh ringkih, berjalan pelan namun pasti dari saf ke saf, menorehkan setetes minyak wangi ke tangan para jamaah menjelang salat Isya. Tak ada suara, tak ada imbalan. Hanya keharuman yang menyebar dari tangan para jamaah, dan senyum yang muncul saat mereka mencium aroma lembut dari setetes minyak itu. Mungkin tidak semua orang mengenal siapa beliau. Tapi siapa yang tahu? Bisa jadi, kakek ini adalah peracik minyak wangi yang dermawan, atau hanya seorang tua yang ingin meninggalkan kesan baik sebelum ajal menjemput. Tapi satu hal yang pasti: dia telah membuat orang lain bahagia. Dan itu cukup untuk menjadi catatan amal yang luar biasa di sisi Allah. Kita hidup di zaman yang sering mengukur nilai dari sesuatu yang besar, megah, dan terlihat mencolok. Padahal, sering kali yang kecil justru lebih berarti. Sebuah senyuman kepada saudara seiman, setetes air diberikan kepada orang haus, doa lirih kepada sesama, atau sekadar menggeser sandal agar tidak menghalangi jalan — semua itu kebaikan-kebaikan kecil yang bernilai besar di sisi Allah. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Sungguh, Allah tidak akan menzalimi seseorang walaupun sebesar zarah, dan jika ada kebajikan (sekecil zarah), niscaya Allah akan melipatgandakannya dan memberikan pahala yang besar dari sisi-Nya.” (QS. An-Nisa: 40) Ini adalah pesan harapan. Sebab, kita tidak selalu mampu melakukan hal besar, tapi kita selalu bisa melakukan kebaikan kecil. Ramadan adalah waktu terbaik untuk mengasah kepekaan, untuk menumbuhkan semangat berbagi — bukan menunggu mampu, tapi memulai dari yang sederhana. Berbuatlah sesuatu, sekecil apa pun itu. Sebab, yang kecil di dunia bisa jadi sangat besar di akhirat. Yang dianggap remeh oleh manusia bisa menjadi alasan Allah meridhoi hidupmu. (*)