Doa, Bahasa Hati yang Menembus Langit Tim Redaksi, 18/06/2025 Pesan Dakwah Prof Veni Hadju ADA satu pemandangan yang selalu menyentuh hati ketika berada di Masjidil Haram: orang-orang berdoa dalam berbagai ekspresi dan gaya. Ada yang tenang, duduk sambil menengadahkan tangan, seperti tengah berbincang penuh harap kepada Tuhan-nya. Ada yang berdiri, meneteskan air mata, dengan kedua tangan yang terangkat hingga ke dada — lisan mereka bergerak pelan tapi penuh makna. Ada pula yang menengadah tinggi, menangis tersedu-sedu, seolah menumpahkan semua beban dan penyesalan hidup kepada Dzat Yang Maha Mengasihi. Begitulah doa, ia bukan sekadar permintaan — melainkan pengakuan akan kelemahan, ungkapan penyesalan, dan harapan akan pengampunan. Ia adalah bentuk paling murni dari kehambaan. Mereka yang beriman tidak pernah bosan berdoa, sebab mereka sadar sepenuhnya bahwa segala sesuatu datang dari Allah. Dalam doa ada ketundukan, ada keikhlasan, ada keyakinan bahwa tak ada yang lebih berkuasa dari-Nya. Namun, tidak semua orang menghargai kekuatan doa. Ada yang melakukannya sekadar rutinitas, tanpa rasa, tanpa harap. Ada pula yang meragukan keajaiban doa — padahal Allah sendiri telah menyuruh kita untuk berdoa langsung kepada-Nya, tanpa perantara, tanpa ragu. “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku…” (QS. Al-Baqarah: 186) Inilah kemuliaan dalam Islam — kita hanya bergantung pada satu Zat: Allah. Tak perlu was-was atau mencari kekuatan lain. Satu arah, satu tujuan. Di tengah derasnya arus kemajuan teknologi, ketika manusia semakin bergantung pada kecanggihan alat dan sistem, doa justru menjadi satu-satunya jalur spiritual yang tak bisa digantikan oleh logika dan algoritma. Ramadan adalah bulan doa. Apalagi di malam-malam terakhirnya — saat pintu langit terbuka lebih lebar, saat Lailatul Qadar mungkin sedang menampakkan keajaibannya dalam diam. Maka, maksimalkanlah doamu. Buka hatimu selebar-lebarnya, lalu sampaikan semua yang kau inginkan: ampunan, petunjuk, keberkahan hidup, kesehatan, keluarga yang saleh, dan husnul khatimah. Jangan batasi permintaanmu. Mintalah apa saja — selama kau bersungguh-sungguh dan menaati-Nya, pasti akan dikabulkan. Karena doa bukan sekadar ibadah — ia adalah kekuatan jiwa. Dalam doa ada ketenangan. Dalam doa ada arah. Dalam doa ada harapan. Dan dalam doa, Allah menjanjikan kebersamaan-Nya. Angkatlah tanganmu — bukan sekadar simbol, tapi sebagai seruan jiwa yang mendambakan cahaya. Mintalah petunjuk, mintalah rahmat, mintalah kekuatan. Dan yakinlah, Dia Maha Mendengar.